Musashibo Benkei

Artikel Profil Sejarah
musashibo benkei kendo web id

Musashibo Benkei adalah seorang biksu-samurai terkenal dari zaman Heian di Jepang. Ia dikenal karena keahliannya dalam seni bela diri dan kepribadiannya yang kuat serta menjadi salah satu tokoh legendaris dalam sejarah Jepang. Dalam artikel ini, kita akan membahas kisah hidup Musashibo Benkei dari awal hingga kematiannya.

Awal Kehidupan

Musashibo Benkei lahir pada sekitar tahun 1155 di Provinsi Musashi (sekarang bagian dari Tokyo modern) dengan nama Oniwakamaru. Ayahnya adalah seorang prajurit yang bekerja untuk Klan Minamoto, yang memerintah Jepang pada saat itu. Namun, saat masih bayi, Oniwakamaru diculik oleh klan Taira yang berseteru dengan klan Minamoto. Ia kemudian dibawa ke tempat persembunyian Taira di pegunungan dan dibesarkan oleh seorang biksu di kuil Gohyozan.

Pelatihan dan Kepribadian

Di kuil tersebut, Oniwakamaru menghabiskan sebagian besar masa kecilnya belajar agama Buddha dan seni bela diri. Ia menjadi sangat terampil dalam seni bela diri, khususnya dalam penggunaan tombak dan keahliannya menjadi legenda pada masanya. Namun, kepribadiannya juga terkenal, ia sering berperilaku kasar dan sombong.

Ketika ia mencapai usia 17 tahun, ia meninggalkan kuil dan bergabung dengan Klan Taira yang sekarang telah memenangkan perang dan mengambil alih kekuasaan. Oniwakamaru kemudian berganti nama menjadi Musashibo Benkei dan diangkat sebagai prajurit dalam pasukan Taira.

Kepemimpinan dan Keberanian

Benkei dengan cepat naik pangkat di dalam pasukan Taira karena keahliannya dalam pertempuran. Ia menjadi salah satu jenderal paling terkenal dan dihormati di Klan Taira. Ia juga dikenal sebagai pemimpin yang kuat dan keberaniannya selalu diuji dalam pertempuran.

Namun, setelah beberapa waktu, Benkei mulai meragukan kebijakan Klan Taira yang dianggapnya sebagai penguasa yang korup dan tiran. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan Klan Taira.

Pertemuan dengan Yoshitsune

Kisah pertemuan antara Musashibo Benkei dan Minamoto Yoshitsune terjadi pada masa Perang Genpei di Jepang. Pada saat itu, Yoshitsune dan kakaknya Minamoto Yoritomo berperang untuk merebut kekuasaan atas Jepang. Yoshitsune memimpin pasukan kecil yang berusaha untuk mengalahkan pasukan yang jauh lebih besar yang dipimpin oleh Taira no Kiyomori.

Suatu hari, saat Yoshitsune dan pasukannya berada di atas kapal di Sungai Hiji, mereka diserang oleh sekelompok samurai Taira yang kuat. Meskipun pasukan Yoshitsune berjuang dengan gigih, mereka hampir kalah, sampai Musashibo Benkei datang ke bantuan mereka.

Musashibo Benkei adalah seorang samurai yang gigih dan sangat berbakat dalam pertarungan satu lawan banyak. Dia membantu Yoshitsune dan pasukannya untuk mengalahkan pasukan Taira yang menyerang mereka. Setelah pertarungan itu, Yoshitsune dan Musashibo Benkei saling mengakui kemampuan masing-masing dan menjadi sahabat.

Legenda lain mengatakan, pertemuan antara Yoshitsune dan Musashibo Benkei terjadi di Jembatan Gojo di Kyoto pada abad ke-12.

musashibo benkei vs minamoto yoshitsune
Pertarungan Musashibo Benkei dengan Yoshitsune di atas jembatan Goji.

Pada saat itu, Musashibo Benkei memutuskan untuk menantang setiap orang yang melintasi Jembatan Gojo dan mencuri pedang mereka sebagai bukti keberaniannya. Namun, ketika Yoshitsune datang ke jembatan itu, Musashibo Benkei tidak mampu mencuri pedang Yoshitsune, karena Yoshitsune ternyata lebih kuat dan lebih pandai bermain pedang.

Setelah Musashibo Benkei gagal mencuri pedang Yoshitsune, ia menyadari bahwa Yoshitsune adalah seorang samurai yang sangat kuat dan berbakat, dan memutuskan untuk menjadi pengawal setia Yoshitsune. Namun, sebelum ia diterima sebagai pengawal, ia menantang Yoshitsune untuk bertarung satu lawan satu.

Dalam duel yang sengit, Musashibo Benkei dan Yoshitsune saling menyerang dengan pedang mereka, tetapi tidak ada yang mampu mengalahkan yang lain. Akhirnya, mereka terjebak dalam situasi buntu, dan Musashibo Benkei akhirnya mengakui kekalahan dan menyerahkan pedangnya pada Yoshitsune. Yoshitsune terkesan dengan keberanian dan keteguhan hati Musashibo Benkei, dan kemudian menjadikan Benkei sahabat sekaligus pengawal pribadinya.

Kematian

Setelah menjadi sahabat Yoshitsune, ia menjadi pengawal pribadi Yoshitsune dan membantunya dalam banyak pertempuran dan kampanye militer. Namun, hubungan mereka tidak berlangsung lama karena Yoshitsune menjadi terlalu kuat dan populer, sehingga kakaknya Yoritomo mulai cemburu dan menganggapnya sebagai ancaman.

Pada tahun 1189, pasukan Yoritomo mengepung benteng Yoshitsune di Koromogawa. Musashibo Benkei, yang masih setia pada Yoshitsune, berjuang dengan gigih bersama pasukan Yoshitsune dalam pertempuran yang sengit. Namun, akhirnya mereka harus menyerah karena kekurangan persediaan dan jumlah pasukan yang sedikit.

Yoritomo kemudian menangkap Yoshitsune dan menyuruhnya bunuh diri. Musashibo Benkei juga menyerahkan diri, tetapi Yoritomo tidak percaya pada kesetiaannya dan memerintahkan untuk membunuhnya. Meskipun terkejut dan sedih, Musashibo Benkei menerima nasibnya dengan tenang dan mempersembahkan dirinya sebagai seorang samurai yang patuh pada kehendak penguasa.

Menurut legenda, setelah kepalanya dipenggal, Musashibo Benkei masih berdiri tegak dengan pedangnya yang masih berpegangan di tangannya.

Ada juga versi legenda yang menyatakan bahwa Musashibo Benkei tidak hanya berdiri tegak dengan pedangnya setelah kepala dipenggal, tetapi juga dengan sejumlah anak panah yang menancap di tubuhnya. Cerita ini menggambarkan kesetiaannya yang kuat pada Yoshitsune, bahkan dalam kematian.

Menurut legenda, setelah pasukan Yoritomo menyerang benteng Koromogawa, Musashibo Benkei dan Yoshitsune melarikan diri ke Kujuukurihama, sebuah pantai yang jauh di timur. Mereka bersembunyi di sana selama beberapa waktu, tetapi akhirnya mereka ditemukan oleh pasukan Yoritomo.

Dalam pertempuran yang sengit, Musashibo Benkei berjuang dengan gigih, tetapi akhirnya ia terkena sejumlah anak panah dan terjatuh. Meskipun begitu, ia masih mampu berdiri tegak dan menolak untuk menyerah. Pasukan Yoritomo akhirnya memutuskan untuk memenggal kepalanya, tetapi bahkan setelah kepala dipenggal, Musashibo Benkei masih berdiri dengan pedang dan anak panah di tubuhnya.

patung musashibo benkei nara
Patung Musashibo Bengkei di Kuil Gojo, Prefektur Nara. Salah satu dari banyak patung Bengkei di Jepang

Legenda ini menunjukkan kesetiaan dan keteguhan Musashibo Benkei pada tuannya, meskipun itu berarti ia harus menderita kematian yang mengerikan. Cerita ini juga menegaskan nilai-nilai seperti keberanian, kesetiaan, dan keteguhan hati yang sangat dihormati dalam tradisi samurai Jepang.

Sun

Kendoka, Malang, Jawa Timur, Indonesia

http://www.kendo.web.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.