Bushido Jalan Hidup Samurai

Artikel Samurai Martial Arts Sejarah
arti bushido

Bagi kita yang pernah atau sedang belajar budaya Jepang, pasti sering mendengar kata Bushido. Bahkan bisa dibilang prinsip Bushido ini tetap dipegang erat oleh banyak masyarakat Jepang hingga saat ini. Termasuk juga bagi para Budoka, yaitu orang yang mempelajari seni beladiri Jepang (Budo). Namun apakah kita paham benar dengan arti kata Bushido? Dan bagaimanakah sejarah dari Bushido itu sendiri?

Arti Bushido

Secara terminology, Bushido terdiri dari 3 huruf, Bu (武 – prajurit, ksatria) Shi (士 – pria/orang, merujuk kepada pria/orang terhormat) dan Do (道 – cara, jalan). Bushi (武士) adalah cara umum orang Jepang menyebut samurai. Jadi secara harfiah Bushido bisa diartikan cara/jalan para Samurai.

Secara istilah, Bushido adalah prinsip hidup para samurai, yang diantaranya menekankan pada ketulusan, kesederhanaan, kesetiaan, penguasan seni beladiri, dan menjaga kehormatan sampai mati.

Sedikit berbeda dengan istilah Budo (武道 jalan ksatria/prajurit) yang lebih merujuk kepada seni beladiri  Jepang. Bu merujuk kepada ksatria / prajurit secara umum. Sementara Bushi merujuk kepada samurai secara eksklusif.

Sejarah Bushido

Menurut beberapa literatur, prinsip Bushido sudah ada di Jepang sejak abad 12. Pada masa itu terjadi Perang Genpei antara Klan Taira yang berkuasa, dengan Klan Minamoto. Setelah Klan Minamoto berkuasa, Shogun saat itu, Minamoto no Yoritomo mencetuskan prinsip Bushido sebagai suatu pedoman bagi para Samurai dalam menjalani tugas mereka melindungi para bangsawan.

Secara bertahap, prinsip-prinsip dalam Bushido bergeser, terutama dipengaruhi oleh tulisan-tulisan para filusuf yang kemudian dibaca dan menjadi acuan bagi para Samurai. Termasuk juga tulisan Musashi dalam buku Go Rin no Sho (Book of Five Rings).

Tetapi secara umum, Bushido adalah peraturan tidak tertulis yang disampaikan dari generasi ke generasi, tentang bagaimana seorang Samurai harus bersikap dan bertindak.

Tidak bisa dipungkiri bahwa istilah Bushido juga telah digunakan sebagai alat propaganda oleh para penguasa untuk mencapai tujuan mereka, termasuk di masa perang dunia ke-2.

senjata samurai

Bushido di Era Meiji

Setelah kelas/kasta Samurai dihapuskan pada masa kekaisaran Meiji (1868–1912), beberapa prinsip Bushido di gaungkan kepada seluruh masyarakat Jepang, diantaranya adalah prinsip kesetiaan, yang ditujukan kepada Kaisar.

Pada masa Meiji ini juga diterbitkannya beberapa buku tentang Bushido yang kemudian menjadi referensi tentang Bushido, yang masih dipertahankan dan diadaptasi hingga jaman modern saat ini, salah satu buku diantaranya adalah “Bushido – Soul of Japan” oleh penulis Nitobe Inazo.

Selain itu, juga ada perguruan beladiri Ogasawara-ryu yang masih menerapkan prinsip-prinsip Bushido kepada anggotanya, yang merujuk pada prinsip hidup para samurai dari masa lalu, meskipun kasta samurai sudah tidak ada.

Prinsip Bushido ini juga ditanamkan kepada para tentara kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia ke-2. Dengan buku Hagakure, yang merupakan prinsip-prinsip hidup para samurai pada abad ke 18, dijadikan “Buku Panduan” tentang prinsip Bushido bagi para tentara kekaisaran tersebut selama perang pasifik.

Tujuh Kebajikan Bushido

Menurut penulis Nitoba Inazo, yang kemudian menjadi referensi utama dalam pembahasan Bushido, menuliskan ada tujuh poin kebajikan dalam Bushido, yaitu:

seven virtue of bushido

Intergitas (Ketulusan dan Kejujuran) (義, gi)

Jujurlah selama berurusan dengan semua orang. Percaya pada keadilan, bukan dari orang lain, tapi dari diri Anda sendiri. Untuk pejuang sejati, semua sudut pandang sangat dipertimbangkan tentang kejujuran, keadilan dan integritas. Warriors membuat komitmen penuh untuk keputusan mereka.

Keberanian (勇, yū)

Bersembunyi seperti kura-kura di dalam cangkang sama sekali tidak hidup. Pejuang sejati harus memiliki keberanian heroik. Ini benar-benar berisiko. Itu adalah menjalani hidup sepenuhnya, sepenuhnya dan menakjubkan. Keberanian heroik tidak buta. Itu cerdas dan kuat.

Benevolence, Compassion / Kasih sayang (仁, jin)

Melalui pelatihan intensif dan kerja keras, pejuang sejati menjadi cepat dan kuat. Mereka tidak seperti kebanyakan orang. Mereka mengembangkan kekuatan yang harus digunakan untuk kebaikan. Mereka memiliki kasih sayang. Mereka membantu sesamanya di setiap kesempatan. Jika kesempatan tidak muncul, mereka berusaha keras untuk menemukannya.

Menghormati orang lain (礼, rei)

Prajurit sejati tidak punya alasan untuk menjadi kejam. Mereka tidak perlu membuktikan kekuatan mereka. Prajurit tidak hanya dihormati karena kekuatan mereka dalam pertempuran, tetapi juga karena cara mereka berurusan dengan orang lain. Kekuatan sejati seorang pejuang menjadi nyata selama masa-masa sulit.

Kejujuran (誠, makoto)

Ketika prajurit mengatakan bahwa mereka akan melakukan suatu tindakan, itu sama baiknya dengan dilakukan. Tidak ada yang akan menghentikan mereka untuk menyelesaikan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan. Mereka tidak harus ‘memberikan kata-kata mereka’. Mereka tidak harus ‘berjanji’. Berbicara dan melakukan adalah tindakan yang sama.

Kehormatan (名誉, meiyo)

Prajurit hanya memiliki satu hakim kehormatan dan karakter, dan ini adalah diri mereka sendiri. Keputusan yang mereka buat dan bagaimana keputusan tersebut dilakukan adalah cerminan dari siapa mereka sebenarnya. Anda tidak bisa bersembunyi dari diri sendiri.

Tanggung jawab dan Kesetiaan (忠義, chūgi)

Prajurit bertanggung jawab atas semua yang telah mereka lakukan dan semua yang telah mereka katakan dan semua konsekuensi yang mengikutinya. Mereka sangat setia kepada semua orang yang mereka asuh. Kepada setiap orang yang menjadi tanggung jawab mereka, pernyataan itu tetap sangat benar.

Literatur tentang Bushido

Hagakure

hagakure bushido book

Di era Modern sekarang, salah literature yang paling popular tentang Bushido adalah buku Hagakure, yang merupakan memoir tentang percakapan antara penulis, Tashiro Tsuramoto, dengan Yamamoto Tsunetomo, seorang Samurai dari klan Nabeshima. Percakapan tersebut berlangsung selama tahun 1709 sampai dengan 1716, namun baru ditemukan pada abad 20, dan kemudian menjadi “buku panduan” bagi para prajurit kekaisaran Jepang selama perang pasifik.

Buku tersebut mencatat pandangan Tsunetomo tentang bushido. Hagakure sering disebut menyatakan bahwa bushido benar-benar “Jalan Mati” atau hidup seolah-olah seseorang sudah mati, dan bahwa seorang samurai harus rela mati kapan saja untuk setia kepada tuannya. Tsunemoto berkata “Jalan Samurai adalah kematian” yang merupakan kesimpulan dari kesediaan untuk berkorban menurut Bushido.

Buku ini sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Bagi yang berminat membacanya, saat ini sudah banyak tersedia di toko buku maupun di marketplace

Bushido – Soul of Japan / Bushido – Samurai Code of Japan

bushido samurai code japan

Buku lainnya adalah “Bushido – Soul of Japan” yang ditulis oleh Inazō Nitobe. Buku ini juga yang menyebutkan 7 kebajikan dalam Bushido. Buku ini juga tersedia dalam bahasa Indonesia, bisa di cari di marketplace, atau langsung datang ke toko buku terdekat.

Bushido di Era Modern

Salah satu penulis terkenal, Yukio Mishima (1925-1970) menulis, bahwa seorang yang menjalankan prinsip bushidō adalah seseorang yang memiliki rasa harga diri yang kuat, bertanggung jawab atas tindakannya, dan mengorbankan dirinya untuk mewujudkan tanggung jawab itu.

Di era modern, prinsip Bushido masih sangat kental dalam budaya masyarakat Jepang. Banyak yang menekankan prinsip Bushido ini dalam kehidupan sehari-hari, dalam bisnis, dan juga dalam proses pendidikan. Dan terutama lagi dalam bidang seni beladiri (Budo), termasuk dalam Kendo.

Sebelum restorasi Meiji di tahun 1868, Jepang adalah negara yang tertutup dan sangat tradisional. Tetapi hanya dalam beberapa dekade Jepang berhasil memodernisasi diri, hingga kemudian mengalahkan negara-negara lain yang lebih dahulu “modern”. Setelah kalah perang dan mengalami kehancuran dalam berbagai bidang, hanya dalam beberapa puluh tahun Jepang bisa kembali bangkit dan menjadi raksasa ekonomi dunia. Hal ini dikatakan berkaitan dengan semangat dan prinsip Bushido yang dipegang oleh masyarakat Jepang.

Kesimpulan tentang Bushido

Arti Bushido adalah jalan hidup para samurai, yang diantaranya menekankan pada ketulusan, kesederhanaan, kesetiaan, penguasan seni beladiri, dan menjaga kehormatan sampai mati.

Setelah jaman samurai berakhir, masyarakat Jepang masih mempertahankan semangat Bushido dalam kehidupan mereka, termasuk oleh masyarakat sipil, hingga saat ini.

Masyarakat awam pada umumnya mengkaitkan semangat atau prinsip Bushido dengan berani mati, dan memilih bunuh diri dari pada kehilangan kehormatan. Tetapi makna Bushido jauh lebih dalam dari hal tersebut.

Banyak poin-poin dalam Bushido yang bila kita terapkan dalam kehidupan kita, akan meningkatkan kualitas hidup kita, dan juga bisa membawa kebaikan bagi orang sekitar kita.

Point utama dalam Bushido seperti yang tertulis di buku Inazo Nitobe adalah 7 Kebajikan Bushido (ada yang menyebutkan 8), yaitu Ketulusan (Intergitas), Mengormati orang lain, Keberanian, Menjaga Kehormatan, Kasih Sayang, Kejujuran, dan Kesetiaan. Point ke-8 menurut beberapa sumber, adalah Pengendalian Diri.

Salah satu cara untuk mempelajari dan mempraktekan Bushido dalam kehidupan kita adalah dengan mempelajari beladiri (Budo). Hal ini dikarenakan dalam Budo kita berusaha mempelajari dan menerapkan poin-poin yang ada dalam 7 kebajikan dalam Bushido, dan berusaha menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi

  1. Bushido – Wikipedia
  2. Hagakure – Wikipedia
  3. Soul of Samurai – Wikipedia
  4. Samurai – Wikipedia
Sun

Kendoka, Malang, Jawa Timur, Indonesia

http://www.kendo.web.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.